Mata pelajaran Prakarya di sekolah tidak semata berorientasi pada produk (hasil) keterampilan dalam bentuk kerajinan tangan. Lebih dari itu siswa dapat mengenal seluk-beluk bahan sehingga secara kreatif dapat menemukan bahan sederhana atau bekas, bahkan limbah untuk kerajinan tangan yang bermanfaat dan bernilai seni. Selain itu siswa juga memahami proses dalam menciptakan sebuah prakarya.

Dengan menemukan dan mengenal karakteristik bahan serta proses pembuatan suatu produk kerajinan, siswa mendapat pengalaman belajar yang terpakai, dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Prakarya diajarkan kepada siswa dengan menyesuaikan diri pada bahan-bahan yang banyak ditemui di lingkungan sendiri. Misalnya limbah rumah tangga yang sering menjadi sampah, bahan yang tidak terpakai, semua itu perlu diberdayakan melalui potensi kreativitas siswa sehingga menjadi bahan kerajinan yang bernilai seni.

Hal itulah yang memacu Bapak Syaiful, S.TP. selaku guru Prakarya di Sekolah Puncak (SMPN 12 Kota Bima). pada hari ini, Kamis 9 Februari 2023 di kelas VIII (Delapan) melaksanakan praktek prakarya menggunakan bahan batok kelapa dan batang bambu. Adapun produk yang ingin dibuat adalah gantungan kunci dan pot bunga. Diambilnya bahan tersebut tentunya merupakan bahan-bahan yang ada di Kelurahan tempat Sekolah Puncak berada yaitu di Kelurahan Lelamase.

Peserta didik dibebaskan untuk membuat karya mereka dengan bahan yang ada sesuai dengan minat mereka baik dari model dan bentuknya. Hal ini sejalan dengan proses pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka untuk melaksanan proses pembelajaran sesuai dengan minat dari masing-masing peserta didik. Selain itu, siswa juga diarahkan untuk memiliki jiwa wirausaha dari hasi produk yang mereka hasilkan masing-masing.

Pembelajaran berjalan dengan baik dan tanpa hambatan dengan diawasi langsung oleh guru Mata Pelajaran PRAKARYA kelas VIII bapak Syaiful, S.TP.

____________________ ** Guru Puncak ** ____________________