Filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Transformasi Pendidikan Indonesia

Proses Menuntun merupakan proses pendampingan dan mengarahkan anak ke tujuan yang ingin dicapai. sedangkan menuntun menurut pemikiran KHD dalam relevansi pembelajaran di kelas dan di sekolah adalah berkolaborasi dengan siswa, memberikan ruang berfikir kritis, siswa melakukan relfeksi dengan komunikasi yang kreatif dan inovatif.

Dalam hal tersebut, Ki Hajar Dewantara mengorientasikan kata menuntun kedalam 3 (tiga) semboyan pendidikan yaitu tut wuri handayani yang bermaksud agar seorang pendidik harus mampu memberikan dorongan dan arahan kepada peserta didik, in madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pendidik haruslah mampu menjadi motivator untuk peserta didiknya, ing ngarso sung tuladha yang berarti guru harus memberikan teladan yang baik terhadap peserta didik.

Ketiga filosofi diatas tentunya agar anak lebih mendapatkan haknya dalam melakukan pembelajaran sehingga merasa MERDEKA dalam prosesnya sehingga dengan mudah bisa mencapai apa yang menjadi tujuan. Pendidikan yang memerdekakan adalah proses pendidikan yang menuntun murid di dalam mereka mengembangkan potensi-potensi positif yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik dari tekanan dari dalam diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar diri. KHD sendiri mengungkapkan bahwa pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah.

Salah satu yang menunjukkan kemerdekaan anak dalam belajar yaitu dengan menjadikan proses bermain mereka sebagai salah satu media untuk belajar. Hal ini tentunya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh KHD bahwa Permainan anak itulah pendidikan. Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegraskan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan cara memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Dengan menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan.

Selain itu untuk menunjukkan kemerdekaan belajar untuk anak yaitu bagaimana kita sebagai seorang pendidik mampu menghamba pada anak. Pendidikan yang menghamba pada anak  menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Pembelajaran yang seperti ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era mendatang seperti kreativitas, inovatif, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, daya nalar yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.

Selain itu, konsep budi pekerti harus selalu ditanamkan pada anak. KHD sendiri beranggapan bahwa budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis yang berperan menentukan karakter seseorang yang artinya, pendidikan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada manusia untuk menjadi manusia yang utuh. Jiwa dan raga, lahir dan batin.

Satu hal yang tentunya kita harus yakini yaitu bahwa anak bukanlah sebuah kertas kosong yang bisa kita isi/gambar dengan seenaknya. walaupun pada awalnya terdapat sebuah teori tabula rasa dari Jhon Locke yang mengatakan bahwa anak diumpamakan sebagai kertas kosong. KHD berkeyakinan bahwa setiap anak dilahirkan sudah memiliki kodrat (potensi) nya masing-masing. tinggal kita sebagai pendidik yang harus segera menyadari potensi tersebut untuk segera dapat dituntun dan dikembangkan secara maksimal. Selanjutnya pendidikan yang memerdekakan juga harus memperhatikan berbagai aspek yaitu tentang metode Montessori yang ingin mengakfifkan panca indra dan Taman Anak Frobel yang mengutamakan permainan anak.

Hal itu semua tentunya untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter profil pelajar pancasila serta bagaimana kita selaku pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berdasarkan kesiapan belajar, profil belajar, minat belajar dari peserta didik.